Dumbeg Khas Rembang
DUMBEG KHAS
REMBANG
Dumbeg adalah makanan ringan khas Rembang dan Tuban yang bisa menjadi
oleh-oleh saat wisata di kawasan pesisir Jawa Tengah dan Jawa Timur. Rasanya
yang manis legit menyimpan sejarah tersendiri.
Tak hanya di Rembang atau Tuban, dumbeg sebetulnya bisa ditemukan di berbagai daerah di wilayah pantai utara Jawa (pantura), seperti Pati, Lasem, Blora dan Kudus. Karena itu, berwisata di pantura timur tidak lengkap rasanya jika belum mencicipi makanan ringan khas Rembang ini.
Tak hanya di Rembang atau Tuban, dumbeg sebetulnya bisa ditemukan di berbagai daerah di wilayah pantai utara Jawa (pantura), seperti Pati, Lasem, Blora dan Kudus. Karena itu, berwisata di pantura timur tidak lengkap rasanya jika belum mencicipi makanan ringan khas Rembang ini.
Sejarah makanan dumbek
Pada abad ke-15 hingga 16, Pulau Jawa bagian pesisir utara menjadi salah satu sasaran dakwah para wali. Sebab, kawasan pantura sangat strategis sebagai pusat perdagangan, jalur diplomasi internasional melalui maritim.
Pada abad ke-15 hingga 16, Pulau Jawa bagian pesisir utara menjadi salah satu sasaran dakwah para wali. Sebab, kawasan pantura sangat strategis sebagai pusat perdagangan, jalur diplomasi internasional melalui maritim.
Konon sejarah makanan dumbeg menjadi salah satu
camilan favorit para wali. Dumbeg kerapkali menjadi sajian atau suguhan untuk
tamu yang datang ke rumah.
Dalam acara tradisi "sedekah bumi", dumbeg biasa menghiasi salah satu kelengkapan makanan tradisional. Di Kabupaten Rembang, dumbek menjadi jajanan wajib saat ada perayaan sedekah bumi.
Di Pati, dumbek masuk dalam satu di antara ratusan jajanan kuno dalam Festival Kuliner Tempo Dulu di Omah Kuno 1868, bersama dengan siwalan.
Tak sekadar camilan yang enak, manis dan legit, dumbek ternyata memiliki arti, makna dan filosofi yang tinggi. Edi Winarno, salah seorang budayawan asal Rembang mengungkapkan, makanan dumbeg adalah simbol dari kesuburan.
Dumbeg adalah simbol atau lambang laki-laki, disebut juga lingga. Dalam tradisi Jawa kuno, pasangan dumbek adalah jadah atau ketan yang menjadi simbol perempuan.
Dengan demikian, kedua makanan tradisional tersebut melambangkan suatu kesuburan, tonggak dari peradaban manusia.
Dalam acara tradisi "sedekah bumi", dumbeg biasa menghiasi salah satu kelengkapan makanan tradisional. Di Kabupaten Rembang, dumbek menjadi jajanan wajib saat ada perayaan sedekah bumi.
Di Pati, dumbek masuk dalam satu di antara ratusan jajanan kuno dalam Festival Kuliner Tempo Dulu di Omah Kuno 1868, bersama dengan siwalan.
Tak sekadar camilan yang enak, manis dan legit, dumbek ternyata memiliki arti, makna dan filosofi yang tinggi. Edi Winarno, salah seorang budayawan asal Rembang mengungkapkan, makanan dumbeg adalah simbol dari kesuburan.
Dumbeg adalah simbol atau lambang laki-laki, disebut juga lingga. Dalam tradisi Jawa kuno, pasangan dumbek adalah jadah atau ketan yang menjadi simbol perempuan.
Dengan demikian, kedua makanan tradisional tersebut melambangkan suatu kesuburan, tonggak dari peradaban manusia.
Pernahkah Anda menyantap
jajanan dumbeg? Saat menyantapnya, dijamin lidah Anda akan terus bergoyang
sambil merem melek menikmati kelezatannya yang khas.
Dumbeg merupakan jajanan
khas Rembang yang sudah masyhur. Biasanya, jajanan ini hanya tersedia pada saat
acara sakral digelar seperti tasyakuran sedekah bumi maupun sepasar manten.
Namun belakangan, karena
banyaknya permintaan, jajanan dumbeg menjadi salah satu jajanan yang mudah
didapat di pasar-pasar tradisional.
Makanan ini terbuat dari
tepung nasi yang dibumbui dengan gula kelapa yang kemudian dibungkus
menggunakan daun bogor (lontar) dengan cara dililitkan menyerupai
kerucut.
Dumbeg rasanya sangat
khas. Namun yang paling menarik adalah aroma pembungkusnya yang terbuat dari
daun lontar. Karena mengalami proses pemanasan, maka bau lontar tersebut
meresap ke dalam makanan. Hal ini menimbulkan aroma yang khas.
Bahan dasar dumbeg terdiri
dari tepung beras, gula pasir/gula aren dan ditambahkan garam serta air
pohon nira (legen). Namun, banyak juga yang ditaburi buah nangka/kelapa
muda yang dipotong sebesar dadu untuk pelengkap dan variasi rasa.
Dumbeg Rembang yang paling
lezat kebanyakan berasal dari dari sebagian besar desa di wilayah Kecamatan
Sulang, Desa Pohlandak, Kecamatan Pancur dan Desa Mondoteko, Kecamatan Rembang.
Tidak berlebihan jika di
daerah-daerah tersebut menjadi sentra jajanan dumbeg yang mempunyai kekhasan
masing-masing.
Bahan Resep Dumbeg:
* 1 liter santan kental
* 250 gr gula pasir
* 1 sendok teh garam
* ½ kg tepung beras
* 2 sendok makan air kapur sirih
* 30 lb daun lontar
* 250 gr gula pasir
* 1 sendok teh garam
* ½ kg tepung beras
* 2 sendok makan air kapur sirih
* 30 lb daun lontar
Cara Membuat Resep Dumbeg:
* Campur santan kental, gula pasir, dan
garam. Rebus hingga mendidih, angkat, biarkan hingga suam-suam kuku
* Campurkan tepung dengan air kapur sirih, aduk rata. Masukkan santan, aduk rata. Adonan harus cair
* Buat contong berbentuk kerucut dari daun lontar. Isi dengan adonan. Kukus hingga matang, angkat
* Sajikan dalam piring saji
* Campurkan tepung dengan air kapur sirih, aduk rata. Masukkan santan, aduk rata. Adonan harus cair
* Buat contong berbentuk kerucut dari daun lontar. Isi dengan adonan. Kukus hingga matang, angkat
* Sajikan dalam piring saji
Saya
ingin mengenalkan daerah Rembang dengan mengenalkan khas dari daerah Rembang.
Semoga kalian tertarik dengan makanan khas Rembang.
Sekian,
artikel dari saya
Terima
Kasih, Semoga Bermanfaat buat kalian.
Wah betul itu...kalau main ke Rembang jangan lupa buat cicipin dubek
BalasHapusdijamin rasanya enak
Bener banget tuh kak ๐
HapusWah betul itu...kalau main ke Rembang jangan lupa buat cicipin dubek
BalasHapusdijamin rasanya enak
Dumbek oh dumbek...
BalasHapusKangen dumbeg ya ๐๐
HapusSuka bet sama Dumbeg. Manis kenyal gurih lucu :)
BalasHapusKayak aku ya manis ๐๐
HapusSuka bet sama Dumbeg. Manis kenyal gurih lucu :)
BalasHapusSuka dumbeg bangetttt.. Apalagi kalo dibeliin kamu๐
BalasHapusBesok tak bawain ya kak, kalo ada๐
HapusJadi kangen Rembang kalau lihat dumbeg. ♡
BalasHapusYuk pulang Rembang kak ๐
Hapus