Semangkok sejarah singkat dan pesan arif dalam Soto Kerbau Khas Kudus.
Kudus memiliki banyak sejarah kebudayaan yang begitu
beragam, dan adanya hasil akulturasi yaitu berupa menara kudus,percampuran dari
kebudayaan. Tidak hanya bentukbangunan saja yang merupakan hasil akulturasi
budaya namun juga makanan khas daerah kudus berupa soto kerbau yang
melambangkan toleransi agma dan ras, yaitu agama islaam dan hindu lalu
masyarakat pribumi dan tiongkok atau china. Ternyata ada pesan arif didalamnya,
agar lebih jelasnya berikut sejarah
singkat dari soto kerbau.
Hampir disetiap daerah memiliki kuliner
soto dengan Khasnya masing-masing, kurang lebih ada 25 jenis soto yang tersebar
Nusantara. Walaupun begitu, Kita tak bisa menghilangkan asal muasal kata Soto
yang berasal dari bangsa Tiongkok. Dalam buku berjudul Nusa Jawa : Silang
Budaya oleh Dennys Lombard, asal mula "soto" yang berasal dari sajian Tiongkok,
yaitu Caudo. Hidangan pertama dikenal di wilayah semarang yang lambat laun
menjadi Soto. Orang Makassar menyebutnya coto, sedangkan orang pekalongan yaitu
Tauto.
Jejak budaya Tiongkok yang melekat didalam Soto
Dalam isi hidangan soto terdapat taburan
mie atau soun yang merupakan tradisi Cina, karena Mie merupakan hasil teknologi
dalam bidang makanan oleh bangsa Cina pada dinasti Han sekitar 200 SH. Beberapa
soto menggunakan serbuk koya untuk pelengkap atau taburan dalam soto yang
terbuat dari santan kelapa yang di keringkan, ini merupakan budaya tiongkok dan
taburan irisan bawang putih yang merupakan selera bangsa Tiongkok sedangkan
orang jawa lebih suka memberi taburan bawang merah. Tidak sampai situ saja,
alat makan yang digunakan saat akan menyantap soto menggunakan sendok bebek dan mangkok kecil yang diduga berasal
dari Cina.
3. Soto merupakan sejarah syiar islam di kudus
Saat penyebaran Islam oleh sunan Kudus,
Raden jafar Shadiq. Kala itu sebagian besar penduduk di kudus adalah pemeluk
agama hindu sangat hormat terhadap sapi karena sapi dianggap hewan suci oleh
pemeluk agama hindu. Sunan kudus mensyiarkan Islam dengan cara yang berbeda
agar tidak menyinggung warga local yang masih memeluk agama hindu, untuk
menjunjung tinggi sikap hormat dan toleransi. Maka sunan kudus menyuruh pengikutnya
untuk tidak memakan daging sapi, melainkan memakan daging kerbau sebagai
alternative.
Bahwa kita tau, bangsa kita sudah mengenal
toleransi sebelum kemerdekaan, banyak bukti sejarah megenai hasil asimilasi
ataupun akulturasi baik berupa bangunan atau makanan di setiap daerah di Nusantara.
Komentar
Posting Komentar