Dawet Ayu Khas Banjarnegara
Minuman
Dawet Ayu asli dan khas dari Banjarnegara, Jawa Tengah. Rasanya
yang segar dapat membuat penikmat menjadi kangen untuk kembali meminumnya dan
sangat cocok dinikmati di saat musim panas, berkumpul bersama teman-teman sekitar
maupun keluarga. Dawet Ayu Banjarnegara pun sudah menyebar di kota - kota besar
di Indonesia. Dawet Ayu Banjarnegara ini mempunyai ciri khas tersendiri, dari bahan-bahan
khusus yang di kombinasi sehingga siapa saja yang mencobanya pasti ketagihan. Dawet
ini warna nya hijau seperti cendol pada umum nya karena saat membuat airnya
menggunakan air perasan daun pandan dan daun suji. Minuman yang terdiri dari
santan, air gula Jawa atau juruh dan isinya dawet yang terbuat dari tepung
beras dan sedikit tepung pohon aren. Wangi daun suji dan hijaunya alami, yang
dapat menyegarkan siapa saja yang meminumnya. Juruh dawet kadang saat musimnya
ditambah nangka atau durian, kedua buah ini menambah kelezatan dan aroma Dawet
Ayu.
Dawet Ayu merupakan salah satu “simbol” yang
ada di kota Banjarnegara, buktinya ada di Alun-alun kota karena disana terdapat
Monumen Dawet yang berupa patung dua orang penjual dawet. Es Dawet ini juga
produksinya telah merambah pasar Singapura. Di Indonesia, Dawet Ayu sudah
diproduksi mulai dari wilayah barat, tengah
hingga timur. Di Singapura, KBRI memesan Dawet Ayu. Dan minuman ini pun sudah
dipromosikan di Thailand baru-baru ini. Salah satu contoh di Indonesia, minuman
ini cukup banyak dijumpai di Medan. Penjual minuman yang menggunakan gerobak
banyak dijumpai di pinggi -pinggir jalan kota Medan. Di Jakarta juga begitu,
Dawet Ayu sangatlah mudah untuk kita jumpai. Pasalnya hampir di penjuru Jakarta
ada penjual es cendol khas kota Banjarnegara ini. Keranjang pikul dimana pada
keduanya sama-sama memiliki ciri khas yang unik yaitu patung kayu yang
berbentuk tokoh wayang Semar dan Petruk
Kenapa bisa disebut Dawet Ayu? Dari cerita
ke cerita, ini bermula saat Grup Seni Calung dan Lawak Banyumas Peang
Penjolyang sangat terkenal di seantero Karesidenan Banyumas (tahun 70-80an) menampilkan
pentas di Banjarnegara, mereka sempat mampir minum dawet di kedai dawet utara
terminal Bus jalan Dipayuda, mereka
terkesan dengan rasa dawet yang segar, manis. Penjualnya perempuan cantik yang
bernama Ibu Munarjo. Nah terinspirasi dawet dan penjualnya ini terciptalah lagu
calung Banyumasan berjudul Dawet Ayu Banjarnegara. Demikianlah sekilas tentang
minuman khas Kota saya Banjarnegara.
Bahan – bahan:
1.
1
sachet tepung hunkwe
2.
600
ml air
3.
100
ml air daun pandan suji
4.
1/2
sdt garam
5.
500
gr gula merah, di iris-iris
6.
700
ml air
7.
Es
batu
Toping:
1.
1/2
sdt garam
2.
1000
ml santan
3.
2
lembar daun pandan
Cara membuatnya:
1.
Campur
tepung hunkwe, lalu air daun pandan suji dan garam, aduk rata sampai tepung
hunkwe tersebut larut.
2.
Masak
campuran tepung sambil lalu aduklah sampai adonan menggumpal dan matang.
3.
Siapkan
air matang dalam baskom dan cetakan cendol. Tuangkan sedikit demi sedikit adonan
cendol, tekan-tekan sampai cendol keluar ke dalam baskom. Lakukan sampai
adonan habis.
4.
Rebus
gula merah dan air sampai gula larut. Angkat, lalu saring dan sisihkan.
5.
Rebus santan,
garam dan daun
pandan dengan api
kecil sambil terus
diaduk hingga mendidih, angkat dan dinginkan.
6.
Tuangkan sirup
gula merah dalam
gelas secukupnya, beri
cendol, santan dan es
batu. Lalu siap di hidangkan.
Bagi yang belum pernah
mencoba nya ayo silakan ke Banjarnegara atau ke kedai dawet ayu, silakan coba
rasakan sendiri kesegarannya!
Komentar
Posting Komentar